Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan road show pengecekan kesiapan instrumen peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan, terdapat lima titik shelter alat yang dicek di wilayah selatan Pulau Jawa tersebut, yakni meliputi Shelter Seismograf Kawasan Candi Abang Sleman, Shelter Wanagama UGM, Shelter Seismograf Gedangsari, Shelter SBJM Sanden Bantul, dan Shelter MKJM Manisrenggo Klaten Jawa Tengah.
“Peninjauan dan pengecekan ini rutin dilakukan sebagai bagian dari langkah preventif maintenance sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami,” ungkapnya seperti yang dilansir dari InfoPublik pada Jumat (13/5/2022).
Dwikorita menyebut wilayah pesisir selatan Jawa merupakan wilayah rawan bencana gempa dan tsunami akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Maka dari itu, kata dia, pengecekan seluruh alat dan instrumen peringatan dini menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan karena menyangkut keselamatan rakyat.
“Ini bagian dari ikhtiar dan komitmen BMKG dalam mewujudkan zero victim. Kami berupaya menyajikan informasi yang bukan sekedar cepat, tapi juga tepat dan akurat,” imbuhnya.
Lebih lanjut Dwikorita menuturkan bahwa BMKG juga menerapkan budaya kerja yang siaga, antisipatif, responsif, dan adaptif. Mengingat bencana alam adalah musibah yang tidak dapat diprediksi dan bisa terjadi kapan saja. “Kami terus berpacu dengan waktu untuk menekan seminimal mungkin risiko dan kerugian yang mungkin terjadi,” katanya.
Selain melakukan pengecekan secara rutin terhadap seluruh instrumen peringatan dini, BMKG juga aktif mengedukasi masyarakat mengenai kebencanaan.
“Harapannya seluruh masyarakat Indonesia senantiasa siap siaga dan tidak gugup dan gagap dalam menghadapi bencana berikut dampak yang ditimbulkannya. Secara sadar masyarakat dapat melakukan antisipasi lebih dini dan beradaptasi ketika menghadapi kejadian bencana,” tutupnya.
Foto : BMKG