Makkah-Buletinsleman.Com
Laki-laki paruh baya mengenakan kaos warna hijau tosca dan celana jeans biru tampak masuk ke ruang konsumsi. Ia menenteng box warna merah. Sampai di meja, rupanya ia mengeluarkan dua paket makan malam jemaah. Satu kotak untuk menu katering jemaah umumnya, dan satu kotak lainnya adalah menu katering makan malam bagi lansia.
Menu Ramah Lansia
Irfansyah, konsultan dan pengawas katering jemaah kemudian membuka kotak makanan. Selain nasi, ada ikan dori tepung pedas, dan oseng tempe. Setelah mengambil sendok, Irfan mulai mengaduk dan mencoba bubur pada kotak menu lansia, memastikan apakah bubur cukup lembut bagi lansia.
Tahun ini, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji menyediakan menu bubur bagi lansia atau yang membutuhkan. Inisiatif tersebut berangkat dari banyaknya lansia yang menjadi jemaah haji dan seiring dengan tagline Haji Ramah Lansia.
Lebih lanjut Irfan menjelaskan, “Dalam kontrak dengan pihak katering, disebutkan bahwa satu persen dari total jumlah jemaah terdapat menu makanan lansia.” Ia menjelaskan, dari satu kloter ada lima atau berapapun yang membutuhkan akan diakomodir. Senagaimana dilansir dari Suara “Aisyiyah.id
Pada masa-masa awal tinggal, imbuh Irfan, memang masih banyak lansia yang memilih makanan bubur. Namun kini mulai banyak lansia yang lebih memilih nasi dibanding bubur. Ia menjelaskan, jika ingin merubah makanan yang dipilih, misal dari bubur ke nasi, “Hubungi ketua kloter, nantinya ketua kloter akan menyampaikan ke petugas layanan konsumsi sektor, kemudian petugas akan menyampaikan ke katering setempat.”
Cek Sampel Makanan
Setiap harinya, tiga kali sehari, sebelum didistribusikan, pihak katering akan memberikan sample makanan ke petugas layanan konsumsi di kantor Daker Makkah. Tak hanya itu, Irfan menyampaikan, sampel makanan juga diberikan kepada petugas konsumsi di masing-masing sektor saat makanan didistribusikan sehingga petugas bisa mengecek sebelum makanan dibagikan jemaah.
Ia menjelaskan, petugas mengecek cakupan menu baik itu karbohidrat, protein nabati, dan protein hewani. Selain itu, petugas juga menghitung gramasi masing-masing cakupan tersebut.
Ia mencontohkan, gramasi nasi putih minimal 150 gram, protein hewani minimal 75 gram, protein nabati minimal 80 gram. Hari ini misalnya, Irfan mencontohkan, menu katering sudah sesuai dengan gramasi yang ditetapkan. Gramasi nasi lebih dari 200 gram, protein hewani 100 gram, dan tempe 80 gram.
Proses check sampel, terang Irfan, “Dari visual atau dari mata, kita lihat tekstur nasi, kemudian dari aroma, ada yang basi atau tidak. Terakhir baru kita coba makanannya untuk meyakinkan bahwa menu katering aman dimakan jemaah.”
Jika Menu Tidak Sesuai Standar
Saat ditanya, apa yang dilakukan jika menu katering tidak sesuai standar yang ditetapkan, Irfan menyampaikan, disesuaikan dengan kasus yang ditemukan. “Jika ada yang tidak sesuai langsung hubungi seluruh hotel yang dilayani dapur tersebut. Kita minta menahan distribusi,” ujar Irfan. Selanjutnya, apabila makanan basi, pihak katering akan diminta menyediakan makanan pengganti sementara seperti roti, sembari mereka harus menyiapkan menu pengganti bagi jemaah.
Namun apabila petugas menemukan, misalnya setelah dicoba ternyata bumbu dirasa pedas, Irfan menjelaskan, maka kita akan kontak hotel yang dilayani dapur tersebut agar berhati-hati dan memberitahukan bahwa terdapat menu yang pedas. Selanjutnya, imbuh Irfan, petugas akan menghubungi pihak katering untuk menyesuaikan tingkat pedas agar jemaah tidak kepedasan.
Saat ditanya mengapa menu sayur tidak banyak, Irvan menjelaskan, “ketersediaan sayur di Saudi melimpah, tetapi jenis tertentu misal wortel, buncis, kacang polong, itu banyak. Tapi kangkung atau bayam yang biasa dimakan warga kita itu tidak banyak tersedia.” Selain itu, papar Irfan yang juga dosen Politeknik Pariwisata NHI Bandung ini, sayur terutama yang ditumis lebih berisiko basi. Oleh karena itu, Irfan menyebut, ketersediaan buah di makan siang dan malam adalah untuk memenuhi kebutuhan serat jemaah.
Irfan dan tujuh temannya yang merupakan pengajar Tata Boga ini mengakui tidak mudah menyusun menu bagi jemaah. “Jemaah kita banyak dan bermacam-macam. Kita juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan gizi jemaah,” papar Irfan.
Soal menu tempe, sembari bergurau, Irfan menyebut jika tempe kini makin populer di Makkah karena menu tersebut ada dalam menu katering jemaah. Untungnya, di Jeddah, terdapat pabrik tempe bahkan kini mulai muncul usaha pembuatan tempe dari penduduk setempat. (hns)
762 total views, 1 views today