• Kam. Jan 16th, 2025

Pilihan Hidup Untuk Tidak Akan Memiliki Anak, Childfree

Byadmin

Jan 5, 2025

Anik Suryanti, Mahasiswa UNISA Prodi Keperawatan Kelas RPL

Rani (bukan nama sebenarnya), saat ini berusia 50 tahun dan belum memiliki pasangan. Sejak berusia 15 tahun, Rani sudah memutuskan untuk tidak ingin memiliki anak. Keputusan ini berawal dari trauma masa lalunya, terutama pengalaman di masa remajanya. Rani sering berselisih dengan ibunya, hingga pada suatu hari, dalam keadaan emosi, ia membuat ibunya menangis. Dalam amarahnya, Rani sempat berkata, “Aku tidak pernah minta untuk dilahirkan.” Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam dalam dirinya. Rani berpikir bahwa jika suatu saat nanti ia menjadi seorang ibu, kemungkinan besar ia akan menghadapi situasi serupa seperti dimarahi atau dijauhi oleh anaknya. Ia merasa bahwa meskipun niat orang tua baik, terkadang anak tidak mampu memahaminya. Rani merasa belum siap untuk menghadapi peran sebagai ibu. Sejak saat itu, bahkan sebelum mulai berpacaran, Rani telah memutuskan untuk menjalani hidup dan menentukan pilihan sebagai childfree.

Beberapa dekade terakhir, konsep childfree semakin banyak dibicarakan dan dipertimbangkan banyak pasangan suami istri. Bagi sebagian pasangan, memiliki anak adalah impian dan tujuan hidup. Namun, bagi sebagian pasangan yang lain, memilih untuk tidak memiliki anak adalah keputusan yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan mendalam. Fenomena childfree yang merujuk pada keputusan individu atau pasangan untuk tidak memiliki anak, semakin dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat modern. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, saat ini sekitar 8 persen perempuan di Indonesia memilih untuk hidup childfree. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2022 memperkirakan angka ini mencakup perempuan berusia 15-49 tahun yang telah menikah tetapi belum pernah melahirkan anak yang masih hidup, serta tidak menggunakan alat kontrasepsi. Dari total tersebut, ditemukan 71 ribu perempuan yang tidak ingin memiliki anak.

Childfree adalah pilihan hidup individu atau pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak, meskipun mereka dalam usia yang memungkinkan untuk menjadi orang tua. Hal ini berbeda dengan individu yang tidak dapat memiliki anak, karena masalah kesuburan atau faktor medis lainnya. Sementara itu, individu yang memilih childfree memutuskan dengan sengaja untuk tidak memiliki anak sebagai bagian rencana hidup.

 

Alasan Memilih Childfree ada banyak hal diantaranya,

  1. Peristiwa Trauma di Masa Lalu

Misalnya sejak kecil ia menerima pola asuh dari orang tuanya yang kurang baik sehingga di masa depan ia merasa takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik. Atau sebaliknya di masa kecilnya ia selalu berselisih dan menentang orangtuanya sehingga mengecewakan dan menyusahkan orang tuanya ,dan akhirnya ia tidak ingin menjadi orang tua karena khawatir kelak ia akan mendapat perlakuan yang tidak baik dari anaknya.

  1. Kebebasan Personal

Anggapan bahwa tanpa anak akan memiliki kebebasan lebih dalam menjalani hidup. Bisa mengejar karier, berkeliling dunia atau fokus pada hobi tanpa terbebani tanggung jawab merawat anak.

  1. Keinginan Lebih Dekat dengan Pasangan

Keinginan untuk hidup berdua dengan pasangannya dan terkadang merasa khawatir jika kehadiran anak di keluarganya dapat mengurangi waktunya untuk menghabiskan momen bersama pasangan. Mereka memiliki prinsip lebih kuat untuk menjaga keintiman serta berbagi cinta hanya dengan pasangannya saja.

  1. Faktor Ekonomi

Membesarkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari pendidikan hingga kebutuhan sehari-hari. Dalam dunia yang semakin mahal ini, banyak individu merasa tidak mampu atau tidak ingin mengambil tanggung jawab finansial yang besar tersebut.

  1. Perubahan Sosial dan Lingkungan

Kekhawatiran tentang kondisi sosial dan lingkungan, isu perubahan iklim, kelangkaan sumber daya alam, dan ketidakstabilan sosial sering kali membuat mereka merasa bahwa dunia mungkin bukan tempat terbaik untuk anak-anak di masa depan.

Stigma Pemilih Childfree, meskipun semakin banyak individu memilih childfree, stigma sosial terhadap mereka masih ada. Banyak pertanyaan dilontarkan seperti, “Kenapa tidak punya anak?” atau “Apakah kamu tidak ingin menjadi orang tua?” Bahkan ada anggapan bahwa individu yang memilih childfree tidak tahu arti kebahagiaan sejati dan egois karena tidak melanjutkan keturunan. Hal ini tentu menyakitkan bagi individu yang telah memutuskan untuk childfree setelah pertimbangan matang.

Namun demikian, stigma ini semakin lama semakin berkurang, seiring meningkatnya penerimaan terhadap pilihan hidup yang berbeda dan semakin terbukanya masyarakat dalam memahami keputusan pribadi. Semakin banyak individu yang berbicara secara terbuka tentang pilihan childfree, diharapkan akan lebih banyak pemahaman dan penghargaan terhadap kebebasan individu untuk memilih jalan hidup masing-masing.

Keputusan memilih childfree sangatlah pribadi dan tidak ada jawaban benar atau salah. Setiap individu memiliki pandangan dan prioritas hidup berbeda. Bagi sebagian individu, menjadi orang tua adalah tujuan hidup utama, sementara bagi individu lain, kebebasan pribadi dan kemandirian adalah hal yang lebih penting.

Hal terpenting dalam keputusan memilih childfree haruslah dilakukan dengan kesadaran penuh tanpa tekanan dari siapapun. Setiap individu berhak memilih bagaimana mereka ingin menjalani hidup, dan keputusan untuk childfree adalah pilihan yang sah serta valid seperti halnya memilih untuk memiliki anak.Hukum Childfree dalam Islam, secara eksplisit hukum childfree adalah tidak haram, karena memang tidak ada ayat Al-Qur’an dan hadis yang mewajibkan suami dan istri untuk memiliki anak.Tetapi, terdapat anjuran agar mempunyai anak sebagai generasi penerus keturunan. Hal itu tertuang dalam Al-Qur’an dalam Q.S Al-Furqan [25]: 74 dan Q.S Al-Kahfi [18]: 46. [Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa].

Pendapat  Muhammad Hanafi, M.Psi., (Psikolog Klinis RSU PKU Muhammadiyah Bantul “Harus kita akui bahwa fenomena childfree saat ini sudah semakin bisa kita terima di masyarakat modern, meskipun fenomena childfree ini masih menimbulkan pro dan kontra, tapi harus kita sikapi dengan bijak karena merupakan pilihan hidup atau hak prerogratif seseorang atau pasangan. Saat ini anak anak muda juga sudah mulai berpikir kritis seperti itu. Fenomena childfree menjadi cerminan pergeseran cara pandang terhadap keluarga dan reproduksi yang dipengaruhi banyak faktor, baik faktor ekonomi, sosial atau budaya.”

Fenomena childfree bukanlah hal baru, tetapi kini semakin banyak individu yang berbicara terbuka tentang keputusan ini. Sebagai bagian dari masyarakat modern yang semakin menghargai keberagaman pilihan hidup, semakin penting untuk menerima bahwa tidak ada satu cara yang benar dalam menjalani kehidupan. Memilih untuk tidak memiliki anak adalah pilihan hidup yang sah dan patut dihormati, bahkan setiap individu berhak menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Melalui pemahaman yang lebih besar dan penerimaan lebih luas, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, dimana setiap individu dapat merasa bebas untuk memilih jalan hidup mereka, apakah itu dengan anak atau tanpa anak.

 

Referensi

DW Indonesia. (2024). BPS: 71 Ribu Perempuan di Indonesia Tak Mau Punya Anak. Diakses pada 23 Desember 2024 dari https://www.dw.com/id/bps-71-ribu-perempuan-di-indonesia-tak-mau-punya-anak/a-70774057.

Kementerian Agama Bali. (2023). Hukum Childfree dalam Islam. Diakses pada 23 Desember 2024 dari https://bali.kemenag.go.id/denpasar/berita/44472/hukum-childfree-dalam-islam.

Sahabat sosiologi.com. (2024). Childfree : Hilangnya Fungsi Keluarga. Diakses pada 23 Desember 2024, dari https://sahabatsosiologi.com/2021/09/childfree-hilangnya-fungsi-keluarga.html

 

 618 total views,  1 views today

Tinggalkan Balasan