Sleman, Buletinsleman.Com
Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial yang inklusif bagi semua kalangan. Hal ini menjadi semangat utama dalam acara sosialisasi bertajuk Masjid Ramah Anak, Perempuan, dan Lansia yang digelar di Masjid Suciati, Kabupaten Sleman.
Acara ini diinisiasi oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Sleman, bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana (DP3AP2KB), serta Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Sosialisasi yang berlangsung pada Ahad, 23 Februari 2025, pukul 13.00 hingga 15.00 WIB ini menghadirkan dua narasumber inspiratif: Sri Wandansari, S.KM, serta Nyadi Kasmoredjo yang merupakan pengurus DMI Kabupaten Sleman.
Dihadiri pula oleh Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Hj. Hanik Rosyada, M.Ag., serta Ketua DMI Kabupaten Sleman, Bapak Drs. H. Masuko. Kedua narasumber membawakan materi yang sarat makna tentang pentingnya masjid yang ramah dan inklusif bagi seluruh jamaah, terutama anak-anak, perempuan, dan lansia.
Antusiasme Peserta dalam Mewujudkan Masjid yang Inklusif
Sejak awal acara, peserta yang mayoritas adalah ibu-ibu penggerak kegiatan di masjid masing-masing tampak sangat antusias. Mereka aktif berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang bagaimana menciptakan lingkungan masjid yang lebih ramah dan nyaman bagi kelompok rentan. Ibu Sri Wandansari menekankan pentingnya fasilitas yang mendukung kenyamanan anak-anak dan perempuan, seperti area bermain anak, ruang laktasi, serta program edukasi keislaman yang menarik bagi mereka. “Masjid harus menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh keluarga, bukan hanya tempat ibadah tetapi juga pusat pembelajaran dan kebersamaan,” ujarnya.
Sementara itu, Bapak Nyadi Kasmoredjo lebih menyoroti pentingnya aksesibilitas bagi lansia. “Kita sering lupa bahwa banyak jamaah lansia yang ingin tetap aktif beribadah di masjid, tetapi terkendala fasilitas seperti akses jalan yang aman, pegangan tangan di tangga, atau tempat duduk bagi mereka yang tidak bisa duduk lama di lantai,” jelasnya. Ia pun mengajak para peserta untuk mulai melakukan perubahan kecil di masjid masing-masing agar lebih ramah bagi lansia.
Diskusi yang berlangsung hangat menghasilkan banyak gagasan inspiratif. Beberapa peserta bahkan sudah memiliki rencana aksi nyata untuk diterapkan di masjid mereka. Misalnya, ada yang berinisiatif mengadakan program pendampingan anak agar mereka merasa lebih nyaman saat orang tua beribadah, serta beberapa lainnya ingin mengusulkan renovasi kecil untuk meningkatkan aksesibilitas bagi lansia. Sebagaimana dilansir dari laman resmi DMIkabsleman.
Di penghujung acara, suasana semakin menginspirasi ketika para peserta berkomitmen untuk membawa semangat masjid ramah anak, perempuan, dan lansia ke lingkungan masing-masing. “Kami berharap semangat ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi menjadi gerakan nyata di seluruh masjid di Sleman,” ujar salah satu peserta dengan penuh semangat.
Acara ini menjadi bukti bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga rumah bagi kebersamaan dan kepedulian sosial. Dengan langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama, masjid yang inklusif dan ramah bagi semua bukan lagi sekadar impian, melainkan kenyataan yang bisa diwujudkan di berbagai penjuru Sleman.
4,657 total views, 120 views today